Proses pembuatan keripik tempe di Kampung Tempe Sanan Malang |
Usaha Kecil dan Menengah (UKM) bertebaran di berbagai sudut Kota Malang. Salah satu yang terkenal adalah Sentra Industri Tempe Sanan Malang atau juga biasa disebut Kampung Tempe Sanan. Selain membuat tempe, kampung ini juga jadi memproduksi keripik tempe.
Kampung Tempe Sanan jadi salah satu andalan sentra UKM Kota Malang. Wisatawan yang datang ke Malang biasa menjadikan keripik tempe sebagai buah tangan. Lokasinya strategis, di pusat kota. Outlet keripik tempe berderet sepanjang Jalan Tumenggung Suryo. Wisatawan yang datang berombongan dengan bus atau mobil pribadi, bisa berhenti sejenak di outlet pilihannya.
Kalau ingin tahu langsung proses pembuatannya, kita juga bisa masuk ke dalam Kampung Sanan, tepat di belakang deretan outlet itu. Gapura bertuliskan “Sentra Industri Tempe Sanan” bakal menyambut siapapun yang hendak masuk ke dalam kampung. Keripik yang dipajang di dalam outlet, sebagian besar diproduksi dari dalam kampung ini.
Keripik tempe dijual dengan harga bervariasi. Jika tak mau repot lantaran terburu – buru, cukup membeli di outlet tepi jalan. Tapi jika ingin mengetahui proses pembuatannya secara langsung lebih baik masuk ke dalam. Kalau ingin membeli dalam jumlah banyak dengan harga miring, saran saya lebih baik langsung ke para perajin keripik di dalam kampung.
Proses pengemasan keripik tempe sebelum dijual atau dikirim ke luar kota |
Sebungkus keripik tempe dijual seharga Rp 7.500 di outlet tepi jalan raya. Namun beli ke perajinnya langsung cukup merogoh duit sebesar Rp 3.500 per bungkus. Selisih lumayan bukan. Banyak varian rasa keripik tempe yang disajikan. Mulai rasa balado, ayam bawang, ayam lada hitam, jagung bakar dan sebagainya. Ayam lada hitam adalah salah satu rasa paling favorit.
Keripik tempe Sanan ini tidak hanya di pasar Malang dan sekitarnya saja. Tapi sudah menembus ke berbagai penjuru tanah air. Perajin keripik tempe ini merupakan salah satu sektor UKM paling tahan banting terhadap krisis ekonomi. Inovasi adalah kunci para produsen tempe ini tetap bisa bertahan.
Kampung itu memang dikenal sebagai sentra perajin tempe dan produk olahan berupa keripik tempe sejak 1980-an. Dahulu, tempe adalah satu–satunya yang dihasilkan dari industri rumah tangga di kampung itu. Terpaan krisis ekonomi pada 1998 membuat perajin tempe berinovasi ke keripik tempe. Hasilnya, tetap bertahan sampai sekarang. Jumlah perajin keripik tempe di kampung ini hampir 120 perajin.
prihatin dengan kondisi harga pasaran keripik tempe yang makin anjllok, saat ini kami sedang merintis paguyuban keripik tempe sanan
BalasHapus