Salah satu kios kerajinan rotan di Balearjosari, Malang. |
UKM Malang – Ada banyak cara mempercantik rumah. Tidak harus dengan barang produk impor mewah nan mahal. Cara lain, melengkapi isi rumah dengan perabotan berbahan rotan buatan dalam negeri. Tengok saja berbagai produk kerajinan rotan di Balearjosari, Kota Malang.
Salah satu sentra kerajinan tangan di Malang ini, cukup banyak menghasilkan berbagai barang cantik dan bernilai seni berbahan rotan. Mulai dari kursi, meja tamu, meja makan, kursi malas, lampu, tikar sampai kotak tisu berbahan rotan. Soal harga, mulai dari puluhan ribu hingga ratusan ribu.
Soal kualitas, jangan khawatir. Kerajinan rotan produk Balearjosari, Malang ini sudah terbukti jaminan mutu. Pada masa jayanya, pusat industri rotan di Malang ini kesohor dengan ekspor mebel rotan ke berbagai penjuru dunia. Mulai negara di benua Asia, Amerika sampai Eropa.
Kerajinan rotan di Balearjosari, Malang lokasinya cukup strategis. Di jalan utama, sebelum fly over Arjosari, Kota Malang. Deretan kios tepat berada di tepi jalan raya. Di sini anda tinggal memilih furnitur yang hendak dibeli untuk mengisi ruangan rumah atau teras rumah.
Beberapa hari lalu, salah satu kios yang saya kunjungi adalah Sakura Rotan milik Ahmad Firdaus. Menurut dia, mebel rotan cukup diminati di luar negeri karena dianggap lebih artistik. Serta ramah lingkungan lantaran tak mengandung bahan buatan pabrik.
“Apalagi secara harga lebih murah dibanding perabotan berbahan sintetis,” ujar Firdaus.
Sakura Rotan pernah mengirim kerajinan buatan mereka ke Belanda maupun Malaysia. Tapi untuk tahun ini ekspor ke luar negeri vakum sementara. Meski demikian, sudah ada rencana mengirim ke Malaysia lagi pada tahun depan. Kerajinan lampion paling banyak diminati di negeri jiran.
“Sekarang masih istirahat kirim ke luar, tapi sudah menyiapkan untuk mengirim ke Malaysia tahun depan,” tutur dia.
Untuk pasar dalam negeri, kerajinan rotan ini dikirim ke Surabaya, Bali maupun Jakarta. Produk yang paling banyak dipesan adalah jenis kursi dan lampu berukuran kecil. Termasuk souvenir berukuran kecil untuk pernikahan.
Selain bahan rotan, di tempat ini juga melayani perabotan berbahan sintetis. Konsumen memilih produk bahan plastik karena pertimbangan lebih tahan lama. Dari sisi harga tentu relative lebih mahal. Meski selisih harganya tidak terpaut terlampau jauh dengan bahan rotan. Misalnya, wadah tisu bahan rotan Rp 50 ribu, tapi bahan sintetis dijual seharga Rp 55 ribu – Rp 60 ribu.
“Ya memang hanya selisih sedikit. Semua tergantung selera konsumen itu sendiri,” kata Firdaus.
Bahan baku rotan maupun sintetis didapat dari Surabaya. Ada sekitar lima pekerja di Sakura Rotan yang kemudian mengolah bahan baku itu menjadi berbagai produk. Omzat kerajinan rotan milik Firdaus ini rata – rata mencapai Rp 25 juta per bulan. “Kalau sedang ada ekspor ya bisa lebih tinggi daripada itu,” katanya.
Seorang pengrajin di sentra kerajinan rotan Malang. |
Komentar
Posting Komentar